About

Selasa, 10 Februari 2015

HAMPARAN SANG FAJAR DI PUNCAK BUKIT SITELU

Pohon Pinus tampak melambai seperti gembira menyambut kami sore itu, alunan  embusan angin saat bersentuhan dengan lebatnya dedaunan pohon pinus membawa rasa damai di hati. Dari puncaknya menawarkan sensasi lukisan alam yang sejuk dan asri. Kilap-kilap butiran intan tampak bersinar saat metahari sore memantul di wajah Danau Toba. Bukit Sitelu begitu sebutan namanya, tak terlampau tinggi namun tetap terjaga dan hijau. Kagum, haru dan dan terpikat itu adalah  hal yang pasti dirasakan bagi siapa saja yang sampai di Puncaknya.
Hari itu sekitar jam lima sore, matahari mulai tertutup awan gelap yang sedari tadi mendominasi langit kota kabanjahe. Udara dingin khas kota sejuk ini mulai datang bersamaan dengan matahari yang mulai kembali ke peraduannya. Bebrapa orang terlihat bejalan tergesa-gesa pulang kerumah setalah satu hari berkerja di kebunnya. Maklumlah sebagain besar penduduk kota penghasil jeruk manis ini berperofesi sebagai petani.
sore itu kami sedikit sibuk mempersiapkan perlengkapan dan logistik yang kami butuhkan, berkali-kali kami cek kembali peralatan dan bahan makanan yang sudah dimasukkan kedalam tas besar yang akan kami bawa. Hari itu kami berencana menuju salah satu destinasi wisata yang belum banyak yang  berkunjung ke sana. Bukit Sitelu begitu penduduk dekitar memberi nama bukit yang berdidi tegak dan di tumbuhi oleh pohon Pinus itu.
Perjalana kami mulai dari Kota Kabanjahe dengan menggunakan sepeda motor, berlahan kami pacu sepeda motor kami membelah dinginya Tanah Turang sore itu, tangan dan jari saya bergetar sepontan tanpa ada perintah dari otak menahankan dinginya sore itu.
Jalan lurus dan mulus yang mendominasi jalan di Kecamatan Tigapanah berlahan berbelaok-belok saat kami mulai memasuki Kecamatan Merek. Sepeda motor yang kami naiki seakan menari-nari melewati tikungan demi tikungan sebelum sampai di kecamatan merek.  Udara semakin dingin di desa kecil ini. Dari sini tempat tujuan kami tidak terlalu jauh, sekitar tigapuluh menit perjalanan kearah Sidikalang.
Sekitar lima belas menit kami berjalan meninggalkan desa merek akhirnya kami sampai di simpang menuju Bukit Sitelu, simpangnya tak jauh dari simpang Taman Resort Simalem yang terkenal itu, atau lebih jelasnya simpang Bukit Sitelu sebelum simpang Resort Simalem.
Simpang menuju Bukit Sitelu
Bukit Sitelu sebenarnya berada di Km 9, Jalan Raya Merek – Sidikalang dan masih di kawasan Kabupaten Karo.
Memasuki simpang Bukit Sitelu ini kami di sambut dengan jalan rusak yang sedikit menurun dan berbatu. Sepeda motor metik yang kami naiki tak sanggup untuk melalui jalan yang berbatu dan menurun itu, sehingga teman yang sedari tadi saya bonceng harus turun. Berlahan kami membelah jalan yang berbatu itu dengan hati-hati, sesekali batu tempat kami berpijak bergeser sehingga secara spontan harus melompat ke pijakan batu yang lain.
Jalan Menuju Bukit Sitelu Sidikit Berbatu dan Licin
Untuk menuju Bukit Sitelu ini kita akan melewati kebun penduduk sekitar yang berada tepat di kanan dan kiri jalan yang kita lalui, barisan tanaman tomat, cabai, kol dan tanaman lainya tampak subur dan terawat. Buah tomat yang besar dan memerah seakan menggoda siapa saja yang melewati  jalan menuju Bukit sitelu itu.
Trek menuju Bukit Sitelu memang sedikit sulit karna jalan yang dilalui merupakan bekas Perkerasan yang batu-batunya berserakan tidak rapi sehingga siapa saja yang melewatinya harus super hati-hati.
Untuk menunju puncak bukit tersebut bisa menggunakan sepeda motor dangan melalui jalan yang berlubang dan licin.  Tanaman Liar seperti perdu   tampak tumbuh tinggi di tengah jalan menuju puncak, hal ini karna belum banyak yang tahu dan datang ke puncak Bukit Sitelu ini, padahal dari puncak Bukit ini menawarkan pemandangan Danau Toba yang indah.
Tampak Puncak Bukit Sitelu dari jalan Merek - Sidikalang
Sekitar limabelas menit berjalan membelah hutan perdu dan melewati tanjakanyang berbatu dan berlubang akhirnya kami sampai juga di puncak tertinggi di Bukit Sitelu. Embusan angin sore puncak Bukit Sitelu membawa kesejukan dan kedamaian di hati bagi siapa saja yang bercengkerama di atas puncaknya. Keringat yang sedari tadi keluar dari pori-pori kulit kami hilang di hantam udara yang berhembus pelan sore itu.
Dari puncak Bukit Sitelu ini  seperti laksana gardu pandang untuk menikmati indahnya Danau Toba dan elok-elok bukit yang tampak hijau mengelilingi Desa Tongging yang terletak di bawah Bukit Sitelu.

Sensasi Pemandangan yang indah dari Puncak Bukit Sitelu, tampak Danau Toba sejauh mata memandang  tak ada sedikit pun yang menghalang
Setelah beristirahat sejenak kami pun langsung mendirikan tenda tempat untuk beristirahat malam itu. Tanpa banyak komando kami langsung tahu apa yang harus dilakukan, sekitar sepuluh menit tenda sudah berdiri kokoh kami buat, satu persatu kami masukkan perlekngakap yang kami bawa kedalam tenda.
Hari semakin gelap, angin berhembus kencang membawa udara yang semakin dingin. jeket yang kami pakai seakan tak sanggup mengusir rasa dingin malam itu. Untuk mengusir rasa dingin kami membuat api unggun, beruntung di sekitar tempat kami mendirikan tenda ada beberapa kayu yang sudah kering, kami langsung mengumpulkan satu demi satu kayu kering tersebut dan langsung membuat api unggun.

Tenda tempat untuk membaringkan badan sekedar mengusir lelah 
Ditemani api unggun rasa dingin yang sedari tadi tak mau pergi ahirnya diganti dengan rasa hangat dari pancaran api unggun yang kami buat. Sebari menikmati hangatnya api unggun dan indahnya pemandangan dari puncak malam itu kami pun mempersiapkan menu untuk makan malam.
Malam itu kami sangat beruntung karna langit malam itu tampak cerah seperti malam sebelumnya, bahkan langit terlihat sangat menawan di malam itu, kerlip-kerlip bintang-bintang terlihat menghiasi ruang luas yg terbentang di atas bumi. Di sana di antara lenggok-lenggok pucuk Pinus yang melambai dihembus angin malam tergantung sekeping bulan kuning emas, cahayanya sangat tegas membelah danau toba yang terlihat luas, cahaya tegas itu seperti ingin menegaskan kepada kami bahwa untuk malam ini dialah cahaya yang cantik yang akan menemani malam kami untuk menikmati detik demi detik indahnya pemandangan dari puncak Bukit yang belum ternodai.


Cahaya merah keemasan tampak mulai terlihat di sebelah timur, seakan membelah hitamnya embun yang menutupi langit pagi itu
Jam menunjukkan pukul duabelas malam, udara ditempat itu semakin dingin, sehingga kami memutuskan untuk merebahkan badan yang sedari tadi letih menaklukkan jalanan berbatu dan hutan perdu yang mengelilingi Bukit Sitelu. Berlahan kami tarik selimut tipis yang kami bawa sebagai teman pengusir dingin malam itu.
Tak terasa malam berganti dengan pagi berlahan dari upuk timur terlihat cahaya seperti benang merah membelah awan gelap yang menutupi langit. Mentari pagi telah terbit dan sinarnya mulai menyebar ke penjuru semesta. Gelap temaram perlahan berubah menjadi terang lukisan alam sang Maha kuasa terhampar lepas dari segala penjuru. Hampir seluruh yang terkena hamparan sang fajar terlihat kuning keemasan cahayanya terpantul kedanau Toba membuat rasa tajud dan kagum tak berhenti keluar dari mulut kami. Sambaran sunrise dipercantik oleh arsiran awan yang hilir mudik melayang di bawah kami.



Indahnya Sunrise dari Puncak Bukit Sitelu
Lembah luas yang berada di bawah berhiaskan bukit-bukit dan Danau Toba yang di hantam hamparan cahaya sang surya, Bukit sipiso-piso yang tak jauh dari Bukit Sitelu terlihat diselimuti oleh awan putih yang terhampar menyambut pagi  seperti menyapa kami dengan ramah di pagi itu.

Indahnya mentari pagi dari Puncak Bukit Sitelu
Tak henti-henti kami membidik indahnya hamparan cahaya sang fajar dengan kamera yang kami bawa. luasnya dataran diatas bukit membuat kami serasa lebih mudah bergerak untuk mencari spot-spot menarik untuk dibidik.
Pantulan Sinar Sang Surya
Pagi itu benar-benar terasa menyegarkan. Sejuknya udara yang berhembus menyatu dengan hangatnya mentari. Semangat kami serasa kembali hadir untuk melanjutkan perjalanan di hari ini.
Perut kami terasa lapar setelah puas menikmati dan membidik hadirnya sang fajar pagi itu, satu demi satu kami keluarkan pelengkapan masak dari dalam tenda. aktifitas mempersiapkan santapan pagi ini adalah momen yang paling indah, sebap sambil memasak sambil menikmati indahnya alam dari dataran puncak Bukit Setelu. Selera makan juga cukup besar tak kala ikan kaleng dan saus pedas tergeletak pasrah diatas butiran nasi. Tanpa hitungan menit semua yang kami masak kandas oleh napsu makan yang menggebu-gebu.
Selesai sarapan kami langsung membuka tenda dan mempersiapkan semua perlengkapan yang kami bawa dan hal yang tak pernah kami lupakan adalah mengumpulkan sampah yang kami bawa agar alam tetap terjaga keperawananya.
Setelah semua selesai kami putuskan untuk turun dari atas bukit  dengan menyusuri jalan yang sama saat kami naik. Dalam perjalanan ke bawah, kami mendapati panorama alam yang begitu indah yang berada pada sisi lain dari Puncak Bukit Sitelu ini.
Hamparan kebun-kebun warga dan desa-desa yang berada di dekat bukit ini tampak jelas dari atas, tak hanya itu Gunung Sinabung yang pagi itu juga tampak jelas dengan semburan abu hitam pekat keluar dari mulutnya seakan menyapa Tanah Karo pagi itu. Tak jauh dari G. Sinabung tampak juga G.Sibayak yang puncaknya tertutup awan putih. Memang pemandangan yang sangat-sangat indah dari Puncak Bukit Sitelu ini.
Panorama alam yang begitu indah yang berada pada sisi lain dari Puncak Bukit Sitelu ini.
Rasa senang berbalut haru atas semua keindahan yang menyapa kami pagi itu, Bukit Sitelu nama sebutanya oleh penduduk sekitar, merupakan salah satu sensasi Wisata yang wajib di Kunjungi bagi yang suka berwisata alam di tanah sejuk dan tanah pejuang ini. Suatu saat nanti kami akan datang lagi menyapa dan bercengkerama dengan puncakmu Bukit Sitelu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar